Ekonomi

Pertanyaan

sebutkan dan jelaskan unsur-unsur produksi dalam islam

1 Jawaban

  • 1. Unsur Spriritualitas, Moralitas dan Etika.Dengan Prinsip Tauhid di atas, ekonomi Islam mengandung unsur spiritualitas, sehingga bersifat transendental, tetapi tetap bertema sentral pada fitrah manusia yang memerlukan unsur materi untuk kehidupan yang sejahtera secara bersama dengan masyarakat yang lebih luas, dalam rangka mencapai mashlahah bagi seluruh umat manusia. Bersifat transedental berarti pembangunan ekonomi Islam tidak semata-mata bersandarkan kepada kemampuan intelektual manusia, tetapi dilaksanakan dengan menggunakan hukum-hukum yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa (Masyuri, 2005 : 47). Unsur sprititualitas ini menjadi faktor pembeda dengan ekonomi konvensional atau kapitalis, yang bersifat sekuler tanpa ada kaitan dengan agama, berorientasi hanya kepada duniawi, positivisme, dan cenderung pragmatis; sehingga melepaskan kaitannya dengan etika dan nilai-nilai moral (Pramono, 2003 : 4). Ekonomi konvensional bersifat positivisme, atau berdasarkan pengalaman dan kajian empirik, bebas nilai, sehingga ilmu ekonominya bersifat netral (Hasan, 2011 : 18). Ekonomi Islam, di lain pihak, bersifat sarat akan nilai. Etika yang dipakai adalah kewajiban untuk menerapkan ketentuan-ketentuan Tuhan, yang padadasarnya adalah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri, dan tanpa melanggar hak manusia lainnya (Hasan, 2011 : 12-13). Unsur moralitasnya adalah, antara lain, tidak membuat kerusakan, dan tidak menimbulkan distosi keharmonisan hubungan sesama manusia, dengan lingkungan alam, yang pada akhirnya beribadah kepada Tuhan.Ekonomi Islam tidak bersifat egoistik, seperti halnya dengan ekonomi kapitalis, yang menekankan pencarian keuntungan yang sebesar-besarnya hanya bagi pemilik modal. Konsekwensi dari penekanan di sini adalah bahwa unsur manusia dijadikansebagai bagian dari faktor produksi atau alat dalam menciptakan produktivitas. Dalam Islam, unsur manusia merupakan tujuan, bukan alat. Penekanan yang berlebihan pada unsur materi, tanpa adanya kaitan dengan agama, telah menimbulkan degradasi, baik pada moralitas atau etika manusia, tetapi juga dalam lingkungan sosial dan alam. Ekonomi Islam bersifat altuistik, karena harta memiliki fungsi sosial dan digunakan sebagian untuk membayar zakat, dan kemudian diwariskan berdasarkan ketentuan Tuhan kepada ahli waris ketika pemiliknya meninggal. Sebaliknya, dalam ekonomi kapitalis, otoritas perorangan atas kekayaan pribadi menentukan kepada siapa harta warisan akan diberikan (Ash Shadr, 2006 : 353) . Dengan demikian, ekonomi Islam sarat akan nilai, atau value laden, dan tidak netral terhadap nilai persaudaraan, kebenaran dan keadilan, material dan spiritual [8]; dan menyeimbangkan kepentingan individudan masyarakat, dan antara unsur material dengan unsur spiritual, demi kemaslahatan kolektif.

Pertanyaan Lainnya